search here and find more articles

Puasa

A.      Ketentuan Puasa
1.      Pengertian Puasa
            Puasa (dalam bahasa Arab disebut shiyaam atau shoum) memiliki definisi secara bahasa dan definisi secara syar’i. Definisi puasa secara bahasa adalah ‘menahan diri untuk tidak berbuat sesuatu’. Dalam al-Quran, ada ayat yang menunjukkan penggunaan definisi puasa secara bahasa. Yaitu, perintah Allah kepada Maryam (ibunda Nabi Isa):
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
artinya : “sesungguhnya aku bernadzar puasa untuk Ar Rahman (Allah) sehingga aku tidak akan berbicara pada hari ini dengan manusia manapun (Q.S Maryam:26)
Dalam ayat tersebut, Maryam bernadzar untuk puasa, namun dalam definisi secara bahasa, yaitu ‘menahan diri untuk tidak berbicara.”
Sedangkan definisi puasa secara syar’i adalah Beribadah kepada Allah disertai dengan niat dalam bentuk menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari sejak terbit fajar shadiq hingga terbenamnya matahari (asy-Syarhul Mumti’ ala Zaadil Mustaqni’ (6/298)).
2.      Dasar Puasa
         يَا أَيُّهَا الَّذِينَ  مَنُوا كَمَا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (Q.S al-Baqoroh:183).
3.      Syarat Wajib Puasa
Syarat berarti segala sesuatu yang harus dipenuhi oleh seseorang sebelum melakukan suatu jenis Ibadah yaitu :
1)      Islam
2)      Baligh ( Wanita sudah haid Pria sudah mimpi basah )
3)      Berakal sehat
4)      Suci Haid dan Nifas
5)      Mampu  ( Sehat Jasmani Rohani )
4.       Rukun Puasa
Rukun puasa berarti segala sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang yang sedang berpuasa. Rukun puasa ada dua, yaitu :
1). Niat
Niat dalam puasa wajib adalah sebelum fajar setiap malam. Tanpa dilakukan setiap malam sebelum fajar maka tidak syah puasanya “ (HR. Ahmad).
Namun, kalau puasa sunah niat dapat dilakukan pada siang hari sebelum tergelincir matahari.Dengan catatan pada pagi harinya belum berniat.
2). Menahan diri
Umat Islam yang sedang berpuasa harus mampu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
5.      Sunnah Puasa
Sunnah yaitu amalan jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Sunnah Puasa yaitu :
1)    Makan Sahur
2)    Menyegerakan Berbuka
3)    Berdoa Ketika Berbuka
4)    Melakukan Amalan Yang Baik : Tarawih, Tadarus Al Quran, memperbanyak Shadaqah
6.      Makhruh Puasa
Makhruh puasa yaitu suatu perbuatan yang dianjurkan untuk ditinggalkan akan tetapi  boleh dilakukan
1)    Menghisap ( mencium ) bunga
2)    Memasukan air kehidung ketika wudhu sebelum matahari terglincir
3)    Berbekam ( menyedot darah )
7.      Yang membatalkan puasa
Batalnya Puasa seseorang menjadi batal (tidak sah) apabila dia melakukan hal-hal sebagai berikut :
1)      Makan Dan Minum Dengan Sengaja
2)      Muntah-Muntah Dengan Sengaja
3)      Haid Atau Nifas
4)      Mengeluarkan Sperma Atau Mani
5)      Memasukkan Sesuatu Selain Makanan Melalui Mulut
6)      Terbersit Niat Untuk Berbuka/Membatalkan Puasa Sebelum Waktu Berbuka Tiba.

B.       Macam-macam puasa
1.        Puasa Wajib
a.         Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan. dilakukan oleh seluruh umat Islam yang sudah dewasa, berakal sehat, dan mampu melaksanakannya selama satu bulan penuh.
Firman Allah SWT :
تَتَّقُون يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.” (Al Baqarah : 183)
beberapa hal penting menyangkut puasa Ramadhan.
1.    Niat Puasa Ramadhan
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ اَلصِّيَامَ قَبْلَ اَلْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Artinya :“Barang siapa yang tidak berniat puasa (Ramadhan) pada malamnya sebelum terbit fajar, maka tiada puasa baginya.” (HR. Lima Imam Ahli Hadits)
2.    Orang-orang Yang Diperbolehkan Tidak Berpuasa

b.                                                                                    أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya : “Barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia bebuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu padahari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidyah yaitu memberi makan kepada seorang miskin. Barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagi kamu apabila kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 184)
3.    Keutamaan Puasa Ramadhan
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia dan penuh dengan keutamaan. Pada bulan ini amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
  1. pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu Neraka
Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitansyaitan dibelenggu ( HR Bukhari dan Muslim)
Pada bulan Ramadhan Allah SWT juga meberi
  1. keistimewaan berupa malam al Qadar (Lailatul Qadar).
Namun lailatul qadar ini tidak ditunjukkan secara pasti kapan datangnya, Yang pasti pada salah satu malam pada bulan  pada 10 hari terakhir malam ganjil Ramadhan adalah merupakan l;ilatu qadar. Orang yang melaksanakan ibadah pada malam ini, maka pahalanya lebih baik daripada pahala beribadah seribu bulan atau lebih dari 83 tahun.
Firman Allah dalam Al Quran
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya : “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr : 3)
2. Puasa Nazar                                                                                                                    
Puasa nazar adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai nazar (janji kebaikan yang pernah diucapkan) ketika keinginannya terpenuhi.
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
artinya : “sesungguhnya aku bernadzar puasa untuk Ar Rahman (Allah) sehingga aku tidak akan berbicara pada hari ini dengan manusia manapun (Q.S Maryam:26)
Hukum bernazar sendiri adalah boleh (mubah). Namun, ketika apa yang didambakannya terpenuhi maka sesuatu yang menjadi nazarnya (seperti puasa tadi) menjadi wajib hukumnya. Waktu pelaksanaan puasa nazar adalah sesegera mungkin setelah keinginan yang didambakannya itu terpenuhi. Dan lamanya puasa nazar ini sesuai dengan yang pernah dinazarkannya dahulu. Akan tetapi seyogyanya nazar itu tidak memberatkan diri sendiri; bernazarlah sesuai dengan kemampuan.
3. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa denda seperti denda yang diberlakukan bagi seseorang yang berpuasa melakukan hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan. Lamanya puasa kifarat untuk hal tersebut adalah dua bulan berturut-turut dan hukumnya wajib.

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: هَلَكْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. قَالَ: وَمَا أَهْلَكَكَ ? قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى اِمْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: هَلْ تَجِدُ مَا تَعْتِقُ رَقَبَةً? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّينَ مِسْكِينًا? قَالَ: لَا, ثُمَّ جَلَسَ, فَأُتِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ. فَقَالَ: تَصَدَّقْ بِهَذَا , فَقَالَ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنَّا? فَمَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا, فَضَحِكَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ:اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ )  رَوَاهُ اَلسَّبْعَةُ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku telah celaka. Beliau bertanya: "Apa yang mencelakakanmu?" Ia menjawab: Aku telah mencampuri istriku pada saat bulan Ramadhan. Beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan budak?" ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah engkau mampu shaum dua bulan berturut-turut?" Ia menjawab: Tidak. Lalu ia duduk, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberinya sekeranjang kurma seraya bersabda: "Bersedekahlan denan ini." Ia berkata: "Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada kami? Padahal antara dua batu hitam di Madinah tidak ada sebuah keluarga pun yang lebih memerlukannya daripada kami. Maka tertawalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sampai terlihat gigi siungnya, kemudian bersabda: "Pergilah dan berilah makan keluargamu dengan kurma itu." Riwayat Imam Tujuh dan lafadznya menurut riwayat Muslim.





2.        Puasa Sunah

أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ. قَالَ: يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ , وَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ. قَالَ: يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اَلِاثْنَيْنِ, قَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ, وَبُعِثْتُ فِيهِ, أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan datang." Beliau juga ditanya tentang puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun yang lalu." Dan ketika ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: "Ia adalah hari kelahiranku, hari aku diutus, dan hari diturunkan al-Qur'an padaku." Riwayat Muslim

أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( مَنْ صَامَ رَمَضَانَ, ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ اَلدَّهْرِ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa shaum Ramadhan, kemudian diikuti dengan shaum enam hari pada bulan Syawwal, maka ia seperti shaum setahun." Riwayat Muslim.

أَمَرَنَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نَصُومَ مِنْ اَلشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ: ثَلَاثَ عَشْرَةَ, وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ )  رَوَاهُ النَّسَائِيُّ, وَاَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk shaum tiga hari dalam sebulan, yaitu pada tanggal 13,14, dan 15. Riwayat Nasa'i dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
3.        Puasa Makhruh
قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ اَلْجُمُعَةِ, إِلَّا أَنْ يَصُومَ يَوْمًا قَبْلَهُ, أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu shaum pada hari Jum'at, kecuali ia shaum sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." Muttafaq Alaihi

أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ أَكْثَرَ مَا يَصُومُ مِنَ اَلْأَيَّامِ يَوْمُ اَلسَّبْتِ, وَيَوْمُ اَلْأَحَدِ, وَكَانَ يَقُولُ: إِنَّهُمَا يَوْمَا عِيدٍ لِلْمُشْرِكِينَ, وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَهُمْ )  أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ, وَهَذَا لَفْظُهُ

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam paling sering shaum pada hari Sabtu dan Ahad, dan beliau bersabda: "Dua hari tersebut adalah hari-hari raya orang musyrik dan aku ingin menentang mereka." Dikeluarkan oleh Nasa'i.

4.        Puasa yang diharamkan

أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ: يَوْمِ اَلْفِطْرِ وَيَوْمِ اَلنَّحْرِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang shaum pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya Kurban. Muttafaq Alaihi.
قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَيَّامُ اَلتَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ, وَذِكْرٍ لِلَّهِ تعَالى )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat Muslim.

قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا صَامَ مَنْ صَامَ اَلْأَبَدَ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

 Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada puasa bagi orang yang shaum selamanya." Muttafaq Alaihi.

أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ. وَزَادَ أَبُو دَاوُدَ: ( غَيْرَ رَمَضَانَ )
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak diperbolehkan bagi seorang perempuan shaum di saat suaminya di rumah, kecuali dengan seizinnya." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim. Abu Dawud menambahkan: "Kecuali pada bulan Ramadhan."


0 komentar

click to leave a comment!