Kata
hegeisthai (Yunani) merupakan akar kata dari hegemoni, yang mempunyai
pengertian memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasan yang lain. Menurut
istilah hegemoni adalah suatu proses dimana komunikator memberikan arahan atau
perintah kepada komunikan dengan rasa tidak terbebani atau ikhlas. Hegemoni dikembangkan oleh filsuf Marxis
Italia Antonio Gramsci (1891-1937). Konsep hegemoni memang dikembangkan atas
dasar dekonstruksinya terhadap konsep-konsep Marxis ortodoks. Chantal Mouffe
dalam bukunya yang berjudul Notes on the Sourthen Question untuk pertama
kalinya menggunakan istilah hegemoni ini di tahun 1926. Hal ini kenudian
disangkal oleh Roger Simon, menurutnya istilah hegemoni sudah digunakan oleh
Plekhamov sejak tahun1880-an.
Dalam
perpolitikan Gramsci menyatakan bahwa terdapat tiga tingkat perkembangan
politik yang harus dilalui suatu kelompok sosial agar dapat mengembangkan
gerakan yang dapat memulai perubahan.
Tahap
pertama dari ini disebut "korporat-ekonomis". Seorang korporatis
mungkin adalah apa yang kita pahami sebagai individu yang mengutamakan
kepentingannya sendiri. Seseorang berafiliasi dengan tahap korporat-ekonomis
sebagai fungsi dari kepentingan pribadinya, menyadari bahwa mereka membutuhkan
dukungan orang lain untuk memperoleh keamanan mereka sendiri. Serikat-buruhisme
mungkin merupakan contoh terjelas untuk ini, setidaknya dalam kasus di mana
orang bergabung dengan serikat buruh karena takut gajinya dipotong, penyusutan
dsb. Dalam istilah ini, kita juga dapat memasukkan kerjasama jangka-pendek
antara kapitalis-kapitalis yang sesungguhnya saling berkompetisi satu sama
lainnya. Hal yang ditekankan adalah: pada tahap perkembangan historik ini,
kelompok yang bersangkutan belum memiliki rasa solidaritas di antara
anggota-anggotanya.
Dalam
tahap kedua, anggota-anggota kelompok mulai menyadari bahwa terdapat wilayah
kepentingan yang lebih luas dan bahwa terdapat orang lain yang berbagi
kepentingan dengan mereka dan akan terus membagi kepentingan-kepentingan ini
dalam masa depan yang terjangkau. Dalam tahap inilah rasa solidaritas
berkembang, tapi solidaritas ini masihlah hanya berbasiskan kepentingan ekonomi
bersama. Tidak terdapat pandangan dunia bersama atau apa pun semacam itu.
Solidaritas seperti ini dapat mengarah pada upaya-upaya untuk menggalakkan
reformasi-reformasi di bidang hukum untuk memperbaiki posisi kelompok tersebut
dalam sistem yang ada, tapi belum ada kesadaran tentang bagaimana mereka, dan
yang lainnya, dapat diuntungkan oleh pembentukan sistem yang baru.
Hanya
dengan melewati tahap ketiga maka hegemoni dapat benar-benar menjadi mungkin.
Dalam tahap ini, anggota-anggota kelompok sosial mulai menyadari kepentingan
dan kebutuhan untuk menjangkau melampaui apa yang dapat mereka lakukan dalam
konteks kelas-kelas mereka tersendiri. Yang dibutuhkan adalah agar kepentingan
mereka turut diusung oleh kelompok-kelompok lainnya yang tersubordinasi seperti
halnya mereka. Inilah yang dipikirkan oleh Lenin dan kaum Bolshevik dalam
membentuk aliansi dengan kaum tani - bahwa hanya dengan membuat revolusi
Bolshevik juga menjadi revolusi kaum tani, di mana kaum tani juga melihat itu
sebagi revolusi mereka, maka kaum proletariat perkotaan dapat mempertahankan
posisi kepemimpinannya.
Gramsci
memahami bahwa dalam konteks historis yang sedang dikerjakannya, berjalannya
suatu kelompok sosial dari reformisme atas kepentingan pribadi menuju hegemoni
nasional dapat terjadi secara efektif via partai politik. Dalam formulasi yang
kompleks ini, beragam ideologi kelompok-kelompok yang beraliansi akan
berkumpul. Tak dielakkan lagi akan terjadi konflik antara ideologi-ideologi
ini, dan melalui proses perdebatan dan pertarungan, satu ideologi, atau
kombinasi penyatuan darinya, akan muncul mewakili kelas-kelas yang beraliansi.
Ideologi ini dapat dibilang hegemonik, kelompok yang mewakilinya telah meraih
posisi hegemonik atas kelompok-kelompok yang tersubordinasi. Dalam tahap ini,
partai mencapai kedewasaan dengan meraih kesatuan antara tujuan ekonomi dan
politik maupun kesatuan moral dan intelektual - dapat dikatakan sebagai saling
berbagi suatu pandangan dunia.
Dengan persatuan ini di
belakangnya, partai mentransformasi masyarakat untuk meletakkan persyaratan
bagi ekspansi kelompok hegemonik. Negara menjadi mekanisme untuk melakukan ini:
kebijakan dihasilkan dan ditegakkan untuk memungkinkan kelompok hegemonik mencapai
tujuan-tujuannya secara efektif dan menciptakan simetri antara tujuannya dan
tujuan kelompok-kelompok lainnya. Meskipun tujuan-tujuan ini diformulasikan
dengan pemikiran untuk memajukan kepentingan satu kelompok, walau demikian
tujuan-tujuan tersebut harus dialami oleh penduduk sebagai kepentingan semua
orang. Agar ini berjalan efektif, kelompok hegemonik harus memiliki suatu
bentuk tertentu dalam menangani kepentingan kelas-kelas yang tersubordinasi.
Kepentingan yang dominan tidak dapat dengan begitu saja diterapkan kepada
mereka.
0 komentar
click to leave a comment!
EmoticonEmoticon